BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Pelayanan Nifas adalah pelayanan kesehatan sesuai standar pada ibu mulai 6 jam sampai 42 hari pasca persalinan oleh tenaga kesehatan.

Masa nifas dimulai setelah plesenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu lamanya. Dalam masa nifas ini, bidan mempunyai peran dan tanggung jawab untuk mendeteksi komplikasi pada ibu untuk melihat perlu atau tidaknya rujukan, memberikan konseling kepada ibu dan keluarganya mengenai cara mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya, memfasilitasi hubungan dan ikatan batin antara ibu dan bayinya, memulai dan mendorong pemberian ASI. http://bahankuliahkesehatan.blogspot.com

Bidan di komunitas dapat memberikan asuhan kebidanan selama masa nifas melalui kunjungan rumah, yang dapat dilakukan pada hari ketiga, minggu kedua dan minggu keenam setelah persalinan, untuk membantu ibu dalam proses pemulihan ibu dan memperhatikan kondisi bayi terutama penanganan tali pusat atau rujukan komplikasi yang mungkin terjadi pada masa nifas, serta memberikan penjelasan mengenai masalah kesehatan secara umum, kebersihan perorangan, makanan bergizi, perawatan bayi baru lahir, pemberian ASI, imunisasi dan KB.

2. RUMUSAN MASALAH

1. Asuhan Ibu Post Partum Dirumah

• Jadwal Kunjungan Dirumah

• Manajemen Ibu Post Partum

• Post Partum Group

2. Asuhan Bayi baru Lahir dan Neonatus

• Jadwal Kunjungan

• Manajemen pada Bayi Baru Lahir dan Neonatus

3. TUJUAN

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Askeb V (Kebidanan Komunitas) pada jurusan D3 Kebidanan Semester IV

4. MANFAAT

Manfaat dari penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui Asuhan Ibu Post Partum Dirumah dan Asuhan Bayi Baru Lahir dan Neonatus

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. ASUHAN IBU POST PARTUM DIRUMAH

A. Jadwal Kunjungan

Paling sedikit 4 kali kunjungan pada masa nifas, dilakukan untuk menilai keadaan ibu dan bayi baru tahir dan untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalah-masalah yang terjadi. Frekuensi kunjungan pada masa nifas adalah:

a. Kunjungan I ( 6-8 jam setelah persalinan)

Tujuan:

o Mencegah perdarahan pada masa nifas karena atonia uteri

o Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk jika perdarahan berlanjut

o Membenkan konseling pada ibu atau satah satu anggota keluarga, bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri

o Pemberian ASI awal

o Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir

o Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah terjadi hipotermi

o Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama setelah kelahiran atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan stabil

b. Kunjungan II ( 6 hari setelah persalinan)

Tujuan:

o Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi dengan baik, fundus di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal atau tidak ada bau

o Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau perdarahan abnormal

o Memastikan ibu cukup mendapatkan makanan, cairan dan istirahat

o Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda¬ tanda penyulit

o Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi agar tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.

c. Kunjungan III ( 2 minggu setelah persalinan)

Tujuan: sama dengan kunjungan II

d. Kunjungan IV ( 6 minggu setelah persalinan)

Tujuan:

o Menanyakan pada ibu tentang penyulit yang ia atau bayi alami

o Memberikan konseling untuk KB secara dini

Asuhan post partum di rumah difokuskan pada pengkajian, penyuluhan dan konseling. Dalam memberikan asuhan kebidanan di rumah, bidan dan keluarga diupayakan dapat berinteraksi dalam suasana yang rileks dan kekeluargaan.

Tantangan yang dihadapi bidan dalam melakukan pengkajian dan peningkatan perawatan pada ibu dan bayi di rumah, pada pelaksanaannya bisa cukup unik, sehingga bidan akan memiliki banyak kesempatan untuk menggunakan keahlian berpikir secara kritis untuk meningkatkan suatu pilihan kreatif perawatan bersama keluarga .

1. Perencanaan Kunjungan Rumah

Dalam memberikan asuhan kebidanan pada perawatan postpartum di rumah, sebaiknya Bidan :

a. Merencanakan kunjungan rumah dalam waktu tidak lebih dari 24-48 jam setelah kepulangan klien ke rumah.

b. Pastikan keluarga telah mengetahui rencana mengenai kunjungan rumah dan waktu kunjungan bidan ke rumah telah direncanakan bersama anggota keluarga.

c. Menjelaskan maksud dan tujuan kunjungan.

d. Rencanakan tujuan yang ingin dicapai dan menyusun alat dan perlengkapan yang akan digunakan.

e. Pikirkan cara yang dapat digunakan untuk menciptakan dan mengembangkan hubungan yang baik dengan keluarga.

f. Melakukan tindakan yang sesuai dengan standar pelayanan kebidanan dalam memberikan asuhan kepada klien.

g. Buatlah pendokumentasian mengenai hasil kunjungan.

h. Sediakan sarana telepon untuk tindak lanjut asuhan pada klien.

2 Keamanan merupakan hal yang harus dipikirkan oleh bidan pada saat melakukan kunjungan rumah tanpa menghiraukan dimana bidan berinteraksi dengan klien. Bagaimanapun bidan harus tetap waspada. Tindakan kewaspadaan ini, dapat meliputi :

a. Mengetahui dengan jelas alamat yang lengkap arah rumah klien.

b. Gambar rute alamat klien dengan peta sebelum berangkat, perhatikan keadaan di sekitar lingkungan rumah klien sebelum kunjungan diadakan untuk mengidentifikasi masalah potensial yang kemungkinan akan muncul.

c. Beritahu rekan kerja anda ketika anda pergi untuk kunjungan dan beri kabar kepada rekan anda segera setelah kunjungan selesai.

d. Bawalah telepon selular dan yakinkan batere telepon selular anda telah diisi ulang.

e. membawa cukup uang dan uang recehan untuk menelepon dari telepon umum jika diperlukan.

f. Menyediakan senter khususnya untuk kunjungan malam hari.

g. Sebaiknya memakai tanda nama pengenal dan kenakan sepatu yang pantas dan nyaman, serta hindari memakai perhiasan yang mencolok.

h. Waspada terhadap bahasa tubuh yang diisyaratkan dari siapa saja yang ada selama kunjungan.

i. Tunjukkan perasaan menghargai di setiap kesempatan.

j. Saat perasaan tidak aman muncul, segeralah akhiri kunjungan.

B. MANAJEMEN IBU POST PARTUM

a. Defenisi

Asuhan ibu postpartum adalah asuhan yang diberikan pada ibu segera setelah kelahiran, sampai 6 minggu setelah kelahiran

b. Tujuan

Memberikan asuhan yang adekuat dan terstandar pada ibu segera setelah melahirkan dengan memperhatikan riwayat selama kehamilan, dalam persalinan dan keadaan segera setelah melahirkan

c. 7 Iangkah manajemen menurut Helen Vamey

(1) Pengkajian

Melakukan pemeriksaan awal postpartum

a. Meninjau catatan pasien:

Ø Catatan perkembangan antepartum dan intrapartum

Ø Berapa lama (jam/han) pasien postpartum

Ø Pesanan sebelumnya dan catatan perkembangan

Ø Suhu, denyut nadi, pernafasan dan tekanan darah postpartum

Ø Pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan tambahan

Ø Catatan obat-obat

Ø Catatan bidan/perawat

b.Menanyakan riwayat kesehatan dan keluhan ibu

Mobilisasi, buang air kecil, buang air besar, nafsu makan, ketidaknyamanan/rasa sakit, kekhawatiran, hal yang tidak jelas, makanan bayi, reaksi pada bayi, reaksi terhadap proses melahirkan dan persalinan

Pemeriksaan fisik

a. Tekanan darah, suhu badan, denyut nadi

b. Tenggorokan, jika diperlukan

c. Buah dada dan puting susu

d. Auskultasi paru-paru, jika diperlukan

e. Abdomen: kandung kencing, uterus, diastasis

f. Lochea: wama, jumlah, bau

g. Perineum: edema, inflamasi, hematoma, pus, bekas luka episiotomi/robek jahitan, memar, haermorrhoid

h. Ekstremitas : varises, betis apakah lemah dan panas, edema, tanda-tanda hodman, reflex

(2) Diagnosa, masalah dan kebutuhan ibu postpartum

Diagnosa

§ Postpartum hari pertama

§ Perdarahan nifas

§ Sub involusio

§ Anemia postpartum

§ Pre eklampsia

§ Post Sectio Caeseria

Masalah

v Ibu kurang informasi

v Ibu tidak pernah ANC

v Keluhan mulas yang mengganggu rasa nyaman

v Buah dada bengkak dan sakit

Kebutuhan

v Penjelasan tentang pencegahan infeksi

v Tanda-tanda bahaya

v Kontak dengan bayi sesering mungkin (bonding and attachment)

v Penyuluhan perawatan buah dada

v Bimbingan menyusui

v Menjelaskan tentang metode KB

v Imunisasi bayi

v Kehiasaan yang tidak bermanfaat bahkan dapat mambahayakan

(3) Identifikasi diagnosa dan masalah potensial

Diagnose potensial

ü Hipertensi postpartum

ü Anemia postpartum

ü Sub involusio

ü Perdarahan postpartum

ü Febris postpartum

ü Infeksi postpartum

Masalah potensial

o Potensial bermasalah dengan ekonomi

o Sakit pada luka bekas episiotomi

o Sakit kepala

o Mulas

(4) Identifikasi tindakan segera

Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim yang lain sesuai dengan kondisi pasien

Contoh:

v Ibu kejang, segera lakukan tindakan untuk mengatasi kejang dan segera berkolaborasi merujuk ibu untuk perawatan selanjutnya

v Ibu tiba-tiba mengalami perdarahan, lakukan tindakan segera sesuai dengan keadaan pasien, misalnya bila kontraksi uterus kurang baik segera berikan uterotonika. Bila teridentifikasi adanya tanda-tanda adanya sisa plasenta, segera berkolaborasi dengan dokter untuk tindakan kuratase

(5) Membuat rencana asuhan

Merencanakan asuhan menyeluruh yang rasional sesuai dengan temuan dan langkah sebelumnya.

Contoh:

Manajemen asuhan awal puerperium

- Kontak dini dan sesering mungkin dengan bayi

- Mobilisasilistirahat baring di tempat tidur

- Gizi (diet)

- Perawatan perineum

- Buang air kecil spontan/kateter

- Obat penghilang rasa sakit, bila diperlukan

- Obat tidur, bila diperlukan

- Obat pencahar, bila dipelukan

- Pemberian methergine, bila diperlukan

- Tidak dilanjutkan IV, bila diberikan

Asuhan Ianjutan

- Tambahan vitamin atau zat besi, atau keduanya bila diperlukan

- Bebas dari ketidaknyamanan postpartum

- Perawatan buah dada

- Pemeriksaan laboratorium terhadap komplikasi, jika diperlukan

- Rencana KB

- Rh immune globulin, jika diperlukan

- Tanda-tanda bahaya

- Kebiasaan rutin yang tidak bermanfaat bahkan dapat membahayakan

(6) Implementasi asuhan

Mengarahkan atau melaksanakan rencana asuhan secara efisien dan aman.

§ Kontak dini sesering mungkin dengan tenaga kesehatan

§ Mobilsasi/istirahat baring di tempat tidur

§ Pengaturan gizi (diet)

§ Perawatan perineum

§ Buang air kecil spontan/kateter

§ Pemberian obat penghilang rasa sakit, bila diperlukan

§ Pemberian obat tidur, bila diperlukan

§ Pemberian obat pencahar, bila diperlukan

§ Pemberian methergine, bila diperlukan

§ Tidak dilanjutkan IV, jika diberikan

§ Pemberian tambahan vitamin atau zat besi, atau keduanya, jika diperlukan

§ Bebas dari ketidaknyamanan postpartum

§ Perawatan buah dada

§ Pemeriksaan laboratorium terhadap komplikasi, jika diperlukan

§ Rencana KB

§ Rh Immune globulin, jika diperlukan

§ Rubella vaccine 0,5 cc, jika diperlukan

§ Tanda-tanda bahaya

§ Penjelasan tentang kebiasaan rutin yang tidak bermanfaat bahkan membahayakan

(7) Evaluasi

Mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan, ulangi kembali proses manajemen dengan benar terhadap setiap aspek asuhan yang sudah dilaksanakan tetapi belum efektif atau merencanakan kembali yang belum terlaksana

C. POST PARTUM GROUP

Di dalam melaksanakan asuhan pada ibu postpartum di komunitas, salah satunya adalah dalam bentuk kelompok. Ibu-ibu postpartum dikelompokkan dengan mempertimbangkan jarak antara satu orang ibu postpartum dengan ibu postpartum lainnya.

Kegiatan dapat dilaksanakan di salah satu rumah ibu postpartum atau di Posyandu dan Polindes. Kegiatannya dapat berupa penyuluhan dan konseling tentang:

a. Kebersihan diri (personal hygiene)

v Menganjurkan ibu untuk membersihkan seluruh badan (mandi) minimal 2 kali sehari

v Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah genitalia dengan sabun dan air dari arah depan ke belakang

v Sarankan ibu untuk mengganti pembalut minimal 2-3 kali sehari

v Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah membersihkan genitalia

v Apabila ibu mempunyai luka bekas episiotomi, maka sarankan ibu untuk tidak menyentuh daerah luka

b. Istirahat

v Sarankan ibu untuk beristirahat dengan cukup, sebaiknya ibu istirahat di saat bayinya sedang tidur

v Sarankan ibu agar mengerjakan pekerjaan rumah pertahan-lahan

c. Gizi

clip_image001 Nasi 200 gram (1 piring sedang)

clip_image001[1] Lauk 1 potong sedang

clip_image001[2] Tahu/tempe 1 potong sedang

clip_image001[3] Sayuran 1 mangkuk sedang

clip_image001[4] Buah1 potong sedang

clip_image001[5] Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari

clip_image001[6] Makanan dengan diet berimbang: protein, mineral, vitamin yang cukup

clip_image001[7] Minum sedikitnya 3 liter per hari (8 gelas sehari)

clip_image001[8] Meminum pil zat besi selama 40 hari pasca persalinan

clip_image001[9] Minum kapsul vitamin A

d. Menyusui

v Tanda-tanda ASI cukup

- Bayi kencing setidaknya 6 kali dalam 24 jam

- Bayi sering BAB, berwama kekuningan “berbiji”

- Bayi tampak puas, sewaktu-waktu merasa lapar, kemudian bangun tapi tidur cukup

- Bayi setidaknya menyusu 10-12 kali dalam 24 jam

- Payudara terasa kosong setiap kali selesai menyusui

- Berat badan bayi bertambah

Bayi harus diberi ASI setiap kali ia merasa lapar, jika tayi dibiarkan tidur lebih dari 3-4 jam atau bayi diberi jenis makanan lain atau payudara tidak dikosongkan dengan baik setiap kali menyusui, maka "pesan hormonal" yang diterima otak ibu adalah untuk menghasilkan susu lebih sedikit.

v Meningkatkan suplai ASI

- Menyusui bayi setiap 2 Jam, lama ± 10-15 menit

- Pastikan posisi ibu benar saat menyusui bayinya

- Susukan bayi dalam keadaan tenang dan suasana yang nyaman

- Tidurlah bersebelahan dengan bayi

- Tingkatkan istirahat dan hidrasi

v Perawatan payudara

- Menjaga payudara tetap bersih dan kering

- Gunakan bra yang menyokong

- Apabila puting susu lecet, keluarkan kolostrum dan oleskan setiap kali selesai menyusui

- Apabila lecet sangat berat dapat diistirahatkan selama 24 jam

- Payudara yang bengkak dapat dikompres hangat selama 5 menit

- Untuk menghilangkan nyeri, ibu dapat diberikan parasetamol 500 mg setiap 6-8 jam

e. Lochea

Pembagian lochea antara lain:

v Lochea rubra (1-3 hari postpartum)

v Berwarna merah kehitaman berisi jaringan yang sudah mati

v Lochea sanguinolenta (3-7 had postpartum)

v Berwarna kecoklatan

v Lochea serosa (7-14 had postpartum)

Berwarna kekuning-kuningan, berisi serum

v Lochea alba ( 14-40 hari)

Berwarna keputihan

f.. Involusi uterus

Setelah bayi dilahirkan, uterus yang selama persalinan mengalami kontraksi dan retraksi akan menjadi keras, sehingga dapat menutup pembuluh darah besar yang bermuara pada bekas implantasi placenta. Pada involusi uteri, jaringan ikat dan jaringan otot mengalami proses proteolitik, berangsur-angsur akan mengecil sehingga akhir kala nifas besarnya seperti semula dengan berat 30 gram.

g. Senggama

Secara fisik untuk memulai hubungan suami istri, begitu darah merah berhenti, ibu dapat memasukkan satu atau dua jari ke dalam vagina tanpa rasa nyeri. Memulai hubungan suami istri tergantung pada pasangannya.

h. Keluarga berencana

Idealnya, pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2 tahun sebelum ibu hamil kembali. Pasangan sendirilah yang menentukan kapan ingin berKB. Tapi sebaiknya segera sebelum 40 hari masa nifas. Tenaga kesehatan akan memberitahu tentang cara, kelebihan, keuntungan, dau efek samping dari alat kontrasepsi itu. Meskipun beberapa metode KB mengandung resiko, penggunaan kontrasepsi aman setelah ibu haid kembali.

2. ASUHAN BAYI BARU LAHIR DAN NEONATUS

Pelayanan Nifas adalah pelayanan kesehatan sesuai standar pada ibu mulai 6 jam sampai 42 hari pasca persalinan oleh tenaga kesehatan.

Masa nifas dimulai setelah plesenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu lamanya. Dalam masa nifas ini, bidan mempunyai peran dan tanggung jawab untuk mendeteksi komplikasi pada ibu untuk melihat perlu atau tidaknya rujukan, memberikan konseling kepada ibu dan keluarganya mengenai cara mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya, memfasilitasi hubungan dan ikatan batin antara ibu dan bayinya, memulai dan mendorong pemberian ASI.

Bidan di komunitas dapat memberikan asuhan kebidanan selama masa nifas melalui kunjungan rumah, yang dapat dilakukan pada hari ketiga, minggu kedua dan minggu keenam setelah persalinan, untuk membantu ibu dalam proses pemulihan ibu dan memperhatikan kondisi bayi terutama penanganan tali pusat atau rujukan komplikasi yang mungkin terjadi pada masa nifas, serta memberikan penjelasan mengenai masalah kesehatan secara umum, kebersihan perorangan, makanan bergizi, perawatan bayi baru lahir, pemberian ASI, imunisasi dan KB.

1. JADWAL KUNJUNGAN

A. Penatalaksanaan Awal Bayi Baru Lahir

Penatalaksanaan awal dimulai sejak proses persalinan hingga kelahiran bayi, dikenal sebagai Asuhan Esensial Neonatal yang meliputi:

1. Persalinan bersih dan aman

Selalu menerapkan upaya pencegahan infeksi yang baku (standar) dan di tatalaksana sesuai dengan ketentuan atau Indikasi yang tepat

2. Memulai/inisiasi pernafasan spontan

Begitu bayi baru lahir segera lakukan inisiasi pernafasan spontan dengan melakukan penilaian awal, sebagai berikut

  1. Nilai bayi baru lahir secara cepat dan tepat (0-30 detik)
  2. Nilai kondisi bayi baru lahir secara cepat dengan menanyakan 5 pertanyaan sebagai berikut:

Selalu menerapkan upaya pencegahan infeksi yang baku (standar) dan ditatalaksana sesuai dengan ketentuan atau indikasi yang tepat

  1. Bila kelima jawaban diatas "YA" maka lakukan asuhan bayi baru lahir normal sebagi berikut;

Bila keringkan bayi dengan kain/handuk yang bersih, kering, hangat, kemudian lingkupi tubuh bayi dengan kain /handuk kering dan hangat yang lain.

Bersihkan mulut dan hidung bayi secukupnya.

Tidak perlu dilakukan penghisapan lender Hangatkan tubuh bayi (selimuti dengan kain yang kering dan hangat, beri tutup kepala)

Berikan bayi pada ibunya untuk membangun hubungan emosional dan pemberian asi secara dini

  1. Salah satu jawaban "TIDAK" maka segera lakukan langkah awal RESUSITASI bayi baru lahir
  2. Rangsangan taktil

Upaya ini merupakan cara untuk mengaktifkan berbagai refleks protektif pada tubuh bayi baru lahir. Mengeringkan tubuh bayi juga merupakan stimulasi.

3. Stabilitas temperature tubuh bayi/menjaga agar bayi tetap hangat

Jika bayi dalam keadaan basah atau tidak diselimuti, mungkin akan mengalami hipotermi,meskipun berada dalam ruangan yang relative hangat. Mekanisme Kehilangan panas pada bayi baru lahir ;

a. Evaporasi : kehilangan panas pada tubuh terjadi karena menguapnya cairan ketuban pada permukaan tubuh setelah bayi lahir karena tubuh bayi tidak segera dikeringkan

b. Konduksi : Kehilangan panas melalui kontak langsung antar tubuh bayi dengan permukaan yang dingin

c. Konveksi : Kehilangan panas yang terjadi pada saat bayi terpapar dengan udara sekitar yang lebih dingin

d. Radiasi : Kehilangan panas yang terjadi saat bayi ditempatkan dekat benda yang mempunyai temperature tubuh lebih rendah dari temperature tubuh bayi

Upaya untuk mencegah kehilangan panas:

  • Keringkan bayi secara seksama
  • Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih, kering dan hangat
  • Tutupi kepala bayi
  • Anjurkan ibu untuk memeluk dan memberikan ASI
  • Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir setidak-tidaknya 6 jam setelah lahir
  • Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat   

Saat melakukan persiapan untuk memandikan bayi, ikuti rekomendasi-rekomendasi berikut :

a. Tunggu sedikitnya enam jam setelah lahir, sebelum memandikan bayi.

b. Sebelum memandikan bayi pastikan bahwa temperature tubuh bayi telah stabil (temperature aksila antara 36,5 C-37,5 C)

c. Jangan memandikan bayi yang mengalami masalah pernafasan

d. Sebelum memandikan bayi, pastikan ruangan tersebut hangat dan tidak ada hembusan angin.

Siapkan handuk bersih dan kering untuk menyelimuti bayi setelah dimandikan

e. Mandikan bayi secara cepat dengan air bersih dan hangat

f. Segera keringkan bayi dengan menggunakan handuk bersih dan kering

g. Ganti handuk yang basah dan segera selimuti kembali bayi dengan kain atau selimut bersihdan kering secara longgar. Pastikan bagian kepala bayi ditutupi dengan baik

h. Tempatkan bayi di tempat tidur yang lama dengan ibunya dan anjurkan ibu untuk menyusukan bayinya.

Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat. Idealnya, segera setelah lahir bayi harus ditempatkan bersama ibunya di tempat tidur yang sama. Menempatkan bayi bersama ibu nya adalah cara yang paling mudah untuk menjaga bayi agar tetap hangat, mendorong upaya untuk menyusui dan mencegah bayi terpapar infeksi

4. ASI Dini dan Eksklusif

Pastikan bahwa pemberian ASI dimulai dalam 30 menit setelah bayi tahir. Anjurkan ibu untuk memeluk dan mencoba untuk menyusukan bayinya segera setelah tali pusat diklem dan dipotong. Tenteramkan ibu bahwa penolong akan membantu ibu menyusukan bayi setelah plasenta lahir dan penjahitan laserasi selesai dikerjakan.

Keuntungan pemberian ASI secara dini:

a. Merangsang produksi ASI

b. Memperkuat refleks menghisap (reflek menghisap awal pada bayi paling kuat dalam beberapa jam pertama setelah lahir. Memulai pemberian ASI secara dini akan memberikan pengaruh yang positif bagi kesehatan bayi

c. Mempromosikan hubungan emosional antar ibu dan bayinya

d. Memberikan kekebalan pasif segera kepada bayi melalui kolostrum

e. Merangsang kontraksi uterus

Pedoman Umum Untuk Ibu Menyusui

a. Mulai menyusui segera setelah lahir, dalam 30 menit pertama

b. Jangan berikan makanan atau minuman lain kepada bayi (misalnya air madu, larutan air gula atau pengganti air susu ibu) kecuali ada indikasi yang jelas (atas alasan-alasan medis). Jarang sekali para ibu tidak cukup memiliki air susu sehingga bayi memerlukan asupan susu buatan tambahan (Enkin, et at, 2000)

c. Berikan ASI saja selama enam bulan pertama kehidupan

d. Berikan ASI pada bayi sesuai dengan kebutuhannya, baik siang maupun malam (delapan kali atau lebih dalam 24 jam) selama bayi menginginkannya.

5. Pencegahan Infeksl

Bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi. Saat.melakukan penanganan bayi baru lahir pastikan untuk melakukan tindakan pencegahan infeksi berikut ini:

a. Cuci tangan secara seksama sebelum dan setelah melakukan penanganan bayi baru lahir

b. Pakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang belum dimandikan

c. Pastikan bahwa semua peralatan, termasuk klem gunting dan benang tali pusat telah didesinfeksi tingkat tinggi atau sterile. Jika menggunakan bola karet penghisap pakai yang bersih dan baru (Jangan pernah menggunakan boal karet penghisap dari satu bayi ke bayi yang lain)

d. Pastikan bahwa semua pakaian, handuk, selimut serta kain yang digunakan untuk bayi telah dalam keadaan bersih

e. Pastikan bahwa timbangan, pita pengukur, termometer, steteskope dan benda-benda lainnya yang akan bersentuhan dengan bayi dalam keadaan bersih (dekontarninasi, cuci, dan keringkan setiap kali setelah digunakan).

Dalam waktu satu jam setelah kelahiran berikan obat tetes mata /salep pada bayi baru lahir untuk mencegah oftalmia neonatorum, salep mata yang bisa dipakai yaitu tetrasikilin 1%, larutan perak nirat 1% atau eritromisin 0,5%. Biarkan obatnya tetap dimata bayi jangan dibersihkan salep atauobat mata yang berada di sekitar roata

Jadwal Kunjungan Ulang

1. 2 jam setelah persalinan Bidan melakukan pemantauan terhadap ibu dan bayi terhadap terjadinya komplikasi dan memberikan penjelasan tentang hal-hal yang mempercepat pemulihan kesehatan ibu dan membantu ibu untuk memulai pemberian ASI

2. 6 jam setelah porsalinanTunggu enam jam atau lebih setelah kelahiran bayi sebelum dimandikan. Jika bayi mengalami kesulitan mempertahankan suhu tubuhnya tunda dalam waktu yang lebih lama lagi untuk memandikan bayi. Periksa suhu tubuh bayi sebelum memandikannya, suhu tubuh bayi baru lahir harus berkisar antara 36-37 C.

Gunakan air hangat untuk memandikan bayi dan pastikan ruangan hangat.

Mandikan bayi dengan cepat dan segera keringkan bayi dengan handuk bersih, hangat dan kering untuk mencegah kehilangan panas tubuh yang berlebihan.

Periksa suhu tubuh bayi setiap jam jika suhu tubuh bayi tidak naik segera rujuk bayi kerumah sakit. Anjurkan ibu untuk terus menyusui bayinya dan pertahankan terus kontak kulit ibu bayi dengan membiarkan bayi yang diselimuti dalam pelukan ibu.

Beritahu ibu dan keluarga jika dalam 24 jam.bayi tidak mengeluarkan urine atau mekonium segera rujuk ke Puskesmas atau rumah sakit. Lakukan pencatatan semua temuan dan perawatan yang diberikan dengan cermat dan lengkap dalam partograf, kartu ibu dan kartu bayi.

3. Hari ke 3, Minggu ke 2 dan minggu ke 6

Tanyakan pada ibu dan suami/keluarganya jika ada masalah atau kekhawatiran tentang ibu dan bayinya.

  • Cuci tangan sebelum dan sesudah memeriksa ibu dan bayinya
  • Berikan penyuluhan kepada ibu cara merawat bayinya.
  • Periksalah tali pusat bayi
  • Perhatikan kondisi umum bayi, tanyakan pada ibu pemberian ASI, misalnya bayi tidak mau menyusu, cara bayi menangis, berapa kali buang air kecil dan besar serta bentuk fecesnya
  • Perhatikan warna kulit bayi apakah ada ikterus atau tidak. Ikterus pada hari ketiga postpartum adalah fisiologis yang tidak memerlukan pengobatan. Namun bila icterus terjadi sesudah hari ketiga/kapan saja, dan bayi malas untuk menyusu dan tampak mengantuk, maka bayi harus segera dirujuk.
  • Perhatikan apakah bayi menyusu dengan baik (amati apakah ada kesulitan atau masalah)
  • Nasehati ibu tentang pentingnya pemberian ASI eksklusif sedikitnya 4 sampai 6 bulan.Bicarakan bahaya pemberian unsur makanan tambahan sebelum bayi berumur 4 bulan
  • Catat dengan tepat semua data yang ditemukan.Jika bayi meninggal penyebab kematian harus diketahui sesuai dengan standar kabupaten/pronfnsi/nasional
  • Beritahu ibu jangan memberikan sesuatu apapun pada tali pusat bayi. Jika ada kemerahan pada pusat, perdarahan atau tercium bau busuk, bayi segera dirujuk.
  • Beritahu ibu tanda-tanda bahaya pada bayi seperti :

o Kegagalan menyusu terjadi secara berkala

o Tidak buang air kecil beberapa kali sehari (kurang dan 6-8 kali sehari)

o Bayi kuning

o Muntah atau diare

o Merah, bengkak atau keluamya cairan dari tali pusat

o Demam suhu > 37,5 C

C. Menajemen Kebidanan Bayi Baru Lahir dan Neonatus

  1. Pengkajian

A. Tanyakan tentang gejala yang berkaitan dengan kondisi bayi:

a) Apakah bayi cukup menyusu

b) Apakah bayi ada buang air kecil dan besar

c) Apakah ada gejala demam pada bayi

d) Apakah ada tanda infeksi pads tali pusat bayi

e) Apakah air ketuban jaemih, tidak bercampur mekonium ?

f) Apakah bayi bemafas spontan ?

g) Apakah kulit bayi berwama kemerahan ?

h) Apakah tonus/kekuatan otot bayi cukup ?

i) Apakah ini kehamilan cukup bulan ?

B. Kemudian lakukan pemeriksaan

‡Tanda Vital (suhu, nadi, tensi, pemafasan)

‡Berat badan

‡Kondisi janin

C. Mencatat semua hasil pemeriksaan terhadap bayi di dalam patograf 

  1. Melakukan Indentifikasi masalah dan diagnosa

Melakukan identifikasi masalah dan menegakkan diagnosa berdasarkan dari hasil pengkajian

  1. Mengantisipasi masalah
  2. Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan
  3. Merencanakan Asuhan : sesuai dengan standar pelayanan kebidanan
  4. Melaksanakan Rencana Asuhan Persalinan : sesuai standar APN
  5. Mengevaluasi keefektifan dari asuhan

BAB IV

PENUTUP

KESIMPULAN

Proses suatu persalinan dikatakan berhasil apabila selain ibunya, bayi yang dilahirkan juga berada dalam kondisi yang optimal. Memberikan pertolongan dengan segera, aman dan bersih adalah bagian asensial dari asuhan bayi baru lahir. Sebagian besar kesakitan dan kematian bayi baru lahir disebabkan oleh asfiksia, hipotermi dan atau infeksi. Kesakitan dan kematian bayi baru lahir dapat dicegah bila asfiksia segera dikenali dan ditatalaksana secara adekuat, dibarengi pula dengan pencegahan hipotermi dan infeksi

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI, (2006) Modul Manajemen Terpadu Balita Sakit, Direktorat Bina Kesehatan Anak, Direktorat Bina Kesehatan Masyarakat, Jakarta.

Depkes RI. (2006). Manajemen BBLR untuk Bidan. Depkes. Jakarta.

Depkes RI. Asuhan Kesehatan Anak Dalam Konteks Keluarga . Depkes RI. Jakarta.

Depkes RI. (1999). Buku Pedoman Pengenalan Tanda Bahaya pada Kehamilan, Persalinan dan Nifas, Departemen kesehatan, Departemen Dalam Negeri, Tim Penggerak PKK dan WHO. Jakarta.

Markum. A.H. dkk. (1991). Ilmu Kesehatan Anak. FKUI. Jakarta.

Pelayanan Obtetri dan Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) Asuhan Neonatal Essensial. 2008.

Syahlan, J.H. (1996). Kebidanan Komunitas. Yayasan Bina Sumber Daya Kesehatan.
Widyastuti, Endang. (2007). Modul Konseptual Frame work PWS-KIA Pemantauan dan Penelusuran Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Neonatal. Unicef.

http://enyretnaambarwati.blogspot.com/2010/02/askeb-di-komunitas-baik-di-rumah.html

http://bahankuliahkesehatan.blogspot.com

0 komentar:

Posting Komentar

Ping your blog, website, or RSS feed for Free