Dalam melakukan pelayanan kebidanan sesuai dengan wewenang dan lingkup pelayanan, maka konseling dalam bidang kebidanan meliputi :
1. komunikasi pada bayi & balita.
2. komunikasi remaja.
3. komunikasi pada calon orang tua.
4. komunikasi pada ibu hamil.
5. komunikasi pada ibu bersalin.
6. komunikasi pada ibu nifas.
7. komunikasi pada ibu menyusui.
8. komunikasi pada akseptor KB.
9. komunikasi pada masa klimakterium & menopause.
10. komunikasi pada wanita dengan gangguan reproduksi.
http://bahankuliahkesehatan.blogspot.com/
1. KOMUNIKASI PADA BAYI DAN BALITA
Perkembangan komunikasi (5 fase)
A. Fase pre liguistic (fase sebelum bicara)
Suara pertama yang dikeluarkan bayi baru lahir adalah tangis sebagai reaksiterhadap tekanan udara dan suhu luar uterin. Kebutuhan komunikasi lewat tangis sampai usia 1 tahun.
Pada fase ini termasuk bunyi refleksi (berupa reflek vocal) meliputi :
1). Babling (meraban)
Dimulai ketika bayi mulai tahu tentang suaranya, senang mendengar suaranya kemudian diulang, seperti bicara sendiri. Ini berlangsung selama 7 bulan, bayi berusaha meniru kemudian timbul laling (mengulang suara yang didengarnya).
2). Echolalia
Mengulang gema suara dari suara yang diucapkan orang lain. Pertumbuhan bicara dan bahasa anak cepat bila orangtua mengulang suara bayi dan bayi membalas menirunya.
B. Kata pertama
1. Usia 10 – 12 bulan timbul pengertian pasif dari bahasa.
Bayi memberi respon terhadap kata yang familier misalnya ada yang menyebut ibu maka dia akan berusaha mencari ibunya.
2. Bicara sesungguhnya mulai usia 12 – 18 bulan.
3. Satu kata mengandung arti satu kalimat, misal : mengatakan makan berarti saya mau makan.
4. Menggunakan empat kata pada usia 15 bulan.
5. Sepuluh kata pada usia delapan belas bulan.
C. Kalimat pertama
1. Usia 2 tahun anak mulai menyusun kata.
2. Disebut periode permulaan pembicaraan.
3. Kalimat anak mempunyai arti pribadi, tidak ikut aturan.
4. Kadang – kadang disusun kombinasi kata yang aneh.
D. Kemampuan bicara egosentris dan memasyarakat
Jean peaget (psikolog perancis) mengkategorikan kemampuan bicara egosentris dan memasyarakat pada usia 4 – 11 tahun.
Kemampuan bicara egosentris (berpusat pada diri sendiri) dibedakan 3 macam :
1). Repetitif (pengulangan)
Kata yang di dengar diulang – ulang.
2). Monolog (bicara satu arah) pada anak para sekolah.
Anak bicara sendiri, memainkan banyak peran dengan kata – kata sendiri.
3). Monolog kolektif
Beberapa anak berkumpul dalam suatu tempat tapi mereka bicara sendiri – sendiri, biasanya asyik dengan mainannya sendiri.
Anak pra sekolah bicara egosentris mulai berkurang dan kemampuan bicara memasyarakat mulai menonjol.
E. Perkembangan semantik
Semantik adalah pengetahuan yang mempelajari arti dari kata pada bahasa yang diajarkan. Anak pertama kali memahami arti kata konkrit dan abstrak.
Faktor - faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa
a. Intelegensi (kecerdasan)
Anak yang mempunyai kemampuan intelektual rendah akan lebih rendah perkembangan bahasanya dibanding dengan anak yang mempunyai intelegensi normal atau tinggi.
b. Jenis kelamin
1. Pada tahun pertama tidak banyak perbedaan, setelah itu wanita lebih superior.
2. Usia sekolah akhir setara kembali dalam perbendaharaan kata, laki – laki lebih unggul dalam kata – kata tertentu, wanita unggul dalam tata bahasa.
c. Bilingual (dua bahasa)
Lambert and tucker (1972) : perkembangan bahasa tidak terhambat pada anak dengan dua bahasa sampai periode tujuh tahun, bahkan unggul dalam kreatifitas.
d. Status tunggal atau kembar
1. Anak kembar rangsang bicara kurang dari oranglain.
2. Kurang motivasi bicara dengan orang lain
e. Rangsangan atau dorongan orangtua
Orangtua yang tidak instruktif maka anak lebih cepat dalam perkembangan bahasa.
f. Sosial ekonomi
1. Sosial ekonomi tinggi lebih unggul ditunjang fasilitas.
2. Sosial ekonomi rendah lebih unggul dalam dialek.
Prinsip komunikasi yang efektif pada anak
a. Mengikuti perkembangan psikologis anak
b. Kontak kasih sayang orangtua dapat memperkuat kepribadian anak
c. Pentingnya dalam komunikasi : belaian, dukungan dan sentuhan akan menimbulkan rasa senang dan bahagia.
d. Dorongan bidan yaitu dengan membantu ibu serta pihak lain dalam memberikan dukungan rangsang aktif dalam bahsa dan emosi.
2. KOMUNIKASI PADA REMAJA
Konseling yang diberikan pada anak laki – laki dan perempuan pada masa remaja bertujuan memberikan pemahaman dan upaya penyesuaian diri terhadap perubahan fisik dan emosi yang terjadi pada usia remaja. Pelaksanaan konseling pada remaja menggunakan pendekatan kelompok. Pertama, bidan perlu menjalin hubungan komunikasi secara terbuka, menerima remaja secara utuh, sehingga remajapun dapat secara terbuka mengungkapkan hal – hal yang belum diketahui.
Titik berat masalah dalam komunikasi remaja :
a. Perubahan fisik/biologis sesuai dengan umur perkembangan remaja putra/putri.
b. Perubahan emosi dan perilaku pada usia remaja
c. Proses kehamilan yang mungkin dapat terjadi pada usia remaja dan dampaknya.
d. Penyalahgunaan obat dan bahan yang berbahaya, termasuk dalam kelompok narkoba.
e. Kenakalan remaja
f. Hambatan dalam belajar
Hal - hal yang perlu diperhatikan dalam komunikasi pada remaja :
1. Kenyamanan dalam menerima informasi
2. Memperhatikan cara pandang remaja dalam mensikapi pesan yang disampaikan
3. Memfokuskan pada persoalan yang akan disampaikan
4. Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti dan nyaman untuk didengar
5. Menjalin sikap terbuka dan menumbuhkan kepercayaan pada remaja
6. Bisa menguasai dan mengendalikan emosi pada remaja saat penyampaian pesan
7. Menjalin keakraban dengan remaja
Bidan sebagai konselor dalam masalah tersebut perlu melakukan pelayanan konseling, baik pada keluarga dalam arti orangtua maupun remaja yang bermasalah, yang antara lain bertujuan untuk :
1. Mencegah upaya abortus provokatus
2. Mendorong ibu (remaja yang hamil) untuk mencari pelayanan kesehatan.
3. Mempersiapkan kelahiran bayi secara normal
4. Mempersiapkan ibu dan keluarga agar menerima kelahiran bayi.
5. Pada orangtua remaja, mendorong untuk diresmikannya pernikahan putra – putrinya.
3. KOMUNIKASI PADA CALON ORANGTUA
Aktifitas sebagai calon orangtua/menjadi orangtua membantu pemahaman diri untuk menjadi orangtua, baik sebagai ayah maupun sebagai ibu. Perubahan status kehidupan sesuai dengan perkembangan terjadi secara alami. Salah satu peran bidan ketika menghadapi klien adalah melaksanakan kegiatan bimbingan dan konseling kebidanan. Untuk memperjelas arah konseling kebidanan pada calon oangtua, perlu adanya pemahaman terlebih dahulu tentang hal – hal sebagai berikut :
1. Menjadi orangtua
Menjadi orangtua adalah suatu proses kehidupan yang bermula dari terbentuknya pasangan suami istri menjadi keluarga dan berlanjut dengan adanya keturunan.
2. Tanggungjawab sesuai sebagai kepala keluarga dan sebagai ayah.
Dalam perubahan status menjadi ayah atau kepala keluarga, merupakan suatu keadaan yang membuat kaum pria secara psikologis harus mampu membagi kasih terhadap istri dan anak. Memenuhi kebutuhan keluarga secara fisik dan psikologis, secara moral dan material.
3. Tanggungjawab perempuan sebagai ibu dalam keluarga
Peran ibu dalam keluarga sangat kompleks. Ibu sebagai penerus keturunan, pendidik dalam keluarga dan sebagai pendamping suami serta sebagai pelaksana, menjalankan perekonomian dalam keluarga bersama suami.
Titik berat komunikasi pada calon orangtua :
a) Memberikan penjelasan secara fisiologis peristiwa yang disebut menstruasi
b) Memberikan bimbingan tentang perawatan diri sehubungan dengan peristiwa menstruasi.
c) Memberikan bimbingan tentang persiapan perkawinan dihubungkan dengan NKKBS/(keluarga berkualitas)
d) Persyaratan – persyaratan kesehatan yang sangat menentukan sebagai calon ibu
e) Penyesuaian diri terhadap peran baru
4. KOMUNIKASI PADA WANITA HAMIL
Konseling pada wanita hamil terutama ditujukan pada ibu dengan kehamilan pertama. Konseling yang diberikan oleh bidan pada trimester pertama dan pada perkembangan janin sesuai dengan usia kehamilan, serta perubahan yang terjadi pada ibu sendiri pada ibu sendiri dan pencegahannya.
Konseling pada kehamilan trimester ke tiga berfokus pada intervensi yang diberikan pada klien adalah keadaan janin dalam rahim, posisi janin yang berkaitan dengan letak janin. Persiapan persalinan baik yang normal maupun yang tidak normal didahului dengan penjelasan tanda persalinan. Bidan juga memberikan informasi mengenai tempat bersalin sesuai dengan kondisi ibu. Bidan juga memberikan informasi tentang hal – hal yang berkaitan dengan laktasi, mencakup proses laktasi dan pemberian ASI.
Hal - hal yang menimbulkan kecemasan pada wanita hamil ;
a) Belum ada pengalaman hamil (hamil yang pertama)
b) Anak tidak diharapkan (pernah ada usaha untuk menggugurkan, kehamilan tidak diharapkan)
c) Riwayat persalinan tidak menyenangkan (anak lahir ab normal, anak meninggal, terjadi perdarahan)
Prinsip komunikasi pada wanita hamil ;
a) Pesan yang disampaikan sesuai dengan kondisi ibu hamil
b) Informasi yang disampaikan menyangkut kehamilan dan persiapan melahirkan.
c) Menciptakan kenyamanan dan keakraban saat menyampaikan pesan
d) Tidak membuat penerima menjadi stres dengan informasi yang disampaikan
5. KOMUNIKASI PADA IBU BERSALIN
Kegiatan konseling pada ibu bersalin merupakan pemberian bantuan pada ibu yang akan melahirkan dengan kegiatan bimbingan proses melahirkan. Tujuan aktivitas ini untuk kesejahteraan ibu dan proses kelahiran dapat berjalan dengan semestinya.
Titik berat komunikasi pada ibu bersalin ;
1. Difokuskan pada tehnik - tehnik persalinan seperti tehnik mengejan atau mengatur pernafasan.
2. Pemberi pesan harus sabar dalam memberikan informasi pada saat ibu bersalin sehingga ibu yang sedang bersalin merasa nyaman dan tanggap dengan isi pesan yang diberikan sehingga bisa mempraktekkan sesuai dengan apa yang diharapkan.
Prinsip komunikasi pada ibu bersalin :
1. Menjalin hubungan yang mengenakkan dengan klien.
Bidan menerima klien apa adanya dan memberikan dorongan verbal yang positif.
2. Kehadiran
Merupakan bentuk tindakan aktif keterampilan yang meliputi mengatasi kebingungan, memberikan perhatian total pada klien yang bersalin difokuskan secara fisik dan psikologis.
3. Mendengarkan
Bidan selalu mendengarkan dan memperhatikan keluhan – keluhan klien
4. Sentuhan dalam mendapingi klien yang bersalin
Sentuhan bidan terhadap klien akan memberikan rasa nyaman dan dapat membantu relaksasi.
5. Memberikan informasi tentang kemajuan persalinan
Hal ini diupayakan untuk memberikan rasa percaya diri bahwa klien dapat menyelesaikan persalinan.
6. Memandu persalinan dengan memandu instruksi khusus tentang bernafas, berelaksasi dan posisi postur tubuh.
7. Mengadakan kontak fisik dengan klien dengan menggosok punggung, mengelus dan menyeka keringat serta membersihkan wajah klien.
8. Memberikan pujian pada klien atas usaha yang telah dilakukan
9. Memberikan ucapan selamat pada klien
6. KOMUNIKASI PADA IBU NIFAS
Bantuan konseling pada ibu nifas dalam hal adaptasi pada masa nifas, tehnik menyusui dan perawatan payudara atau manajemen laktasi. Pemahaman klien terhadap keadaan dirinya perlu memperoleh bantuan, hal tersebut karena klien masih dalam kondisi lemah, lelah akibat persalinan, adanya perasaan nyeri setelah melahirkan, proses involusi, proses lochea.
Prinsip komunikasi pada ibu nifas :
1) Fokus pada masalah nifas
2) Disesuaikan kondisi ibu
3) Pesan mudah dimengerti dan dipahami
4) Pemberian contoh sesuai
7. KOMUNIKASI PADA IBU MENETEKI/MENYUSUI
Komunikasi ditekankan pada peranan ibu untuk memberikan air susu kepada bayi sebagai wujud tali kasih.
1) Perubahan fisiologis
Kelenjar susu mulai bekerja yang dipengaruhi hormon – hormon maka mulailah masa menyusui.
2) Perubahan psikologis
· Ibu merasa terpisah dengan bayinya. Gejolak emosi yang muncul : ibu cemas dengan keselamatan bayinya, cemas tidak dapat memberi ASI dan perawatan cukup tetapi ada juga yang sebaliknya benci kepada anaknya.
· Kondisi yang mencemaskan dimana ibu takut menyusui bayinya, takut payudara jadi jelek, masalah lain karena ASI tidak keluar, takut bayi kurang makan / ASI.
Komunikasi ditekankan pada peranan ibu untuk memberikan air susu kepada bayi sebagai wujud tali kasih.
8. KOMUNIKASI PADA AKSEPTOR KB
Tidak semua akseptor KB mengalami kenyamanan dalam menggunakan alat kontrasepsi. Ada juga yang mengalami perubahan baik secara fisiologis maupun psikologis setelah penggunaan alat kontrasepsi. Perubahan fisiologis yang sering terjadi adalah akibat dari efek samping penggunaan alat kontrasepsi tersebut. Misalnya pusing, BB bertambah, timbul flek-flek di wajah, gangguan menstruasi, keputihan, gangguan libido, dll. Adapun perubahan psikologis yang dialami adalah kecemasan atau ketakutan akan keluhan-keluhan yang terjadi, kegagalan dalam pemakaian alat kontrasepsi.
Pelaksanaan komunikasi :
1. Berorientasi pada penjelasan efek samping pemakaian kontrasepsi dan cara mengatasi
2. Cara kerja alat kontrasepsi dan cara pemakaian.
9. KOMUNIKASI PADA WANITA MASA KLIMAKTERIUM DAN MENOPAUSE
Pada fase Menopause dan Klimakterium wanita mengalami perubahan fisiologis dan perubahan psikologis. Perubahan fisiologis yang dapat terjadi misalnya hot flash, keringat dingin, haid tidak teratur, dispareuni, jantung berdebar-debar, dll. Adapun perubahan yang bersifat psikologis adalah kecemasan terhadap keluhan-keluhan yang dialami.
Pelaksanaan komunikasi :
i. Penjelasan bahwa menopause adalah satu siklus kehidupan wanita.
ii. Deteksi dini terhadap kelainan yang berhubungan dengan gangguan reproduksi pada usia subur maupun klimakterium.
iii. Memberikan informasi tempat – tempat pelayanan kesehatan yang berkaitan dengan cek kesehatan khususnya kesehatan reproduksi.
iv. Membantu klien dalam pengambilan keputusan
v. Komunikasi pada menopause harus memperhatikan sifat - sifat klien (menopause) agar pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik.
vi. Menggunakan alat bantu untuk mempermudah memahami pesan yang disampaikan karena fungsi organ tubuh mulai berkurang.
10. KOMUNIKASI PADA WANITA DENGAN GANGGUAN REPRODUKSI
Wanita dengan gangguan sistem reproduksi akan mengalami gangguan atau perubahan yang bersifat fisiologis maupun psikologis. Perubahan fisiologis yang terjadi seperti keputihan, gangguan haid, penyakit menular seksual, dll. Sedangkan perubahan yang bersifat psikologis diantaranya ibu cemas, takut akan masalah-masalah yang terjadi dan ketidaksiapan dalam menerima kenyataan.
Pelaksanaan komunikasi :
1. Menjelaskan penyebab/ kemungkinan gangguan yang diderita
2. Deteksi dini terhadap kelainan yang berhubungan dengan gangguan reproduksi.
3. memberikan informasi tempat – tempat pelayanan kesehatan yang berkaitan dengan cek kesehatan atau rujukan khususnya kesehatan reproduksi.
4. Membantu klien dalam pengambilan keputusan
5. Memberikan suport mental
Referensi
Suparyanti, R. 2008. Handout Komunikasi Pada Bayi dan Anak.
Tyastuti, dkk., 2008, Komunikasi & Konseling Dalam Praktik Kebidanan, Yogyakarta: Fitramaya.
0 komentar: