(KODE : PTK-0073) : SKRIPSI PTK PENERAPAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME PADA PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM DI KELAS III (MATA PELAJARAN : IPA) - (KELAS III)
A. Latar Belakang Masalah
Setelah mengajar di SDN X penulis memperoleh beberapa masalah dan temuan yaitu potensi dan motivasi siswa belum muncul, motivasi pembelajaran siswa terhadap suatu pembelajaran kurang bahkan tidak muncul, sehingga pada proses pembelajaran siswa hanya diam tanpa ada keinginan untuk melibatkan diri dalam proses belajar mengajar. Pembelajaran seperti ini jelas menjadi kurang bermakna sehingga anak setelah keluar kelas, mereka akan cepat lupa dengan apa yang telah dipelajarinya di kelas tadi. Hasil belajar siswa pun rendah tidak adanya alat peraga yang dapat membuat siswa tidak tertarik untuk mengikuti pelajaran dengan semangat.
Menurut Redja M. (Depdikbud : IKIP X, 1991), pendidikan adalah seperangkat kegiatan bersama yang bertujuan membantu pihak lain agar mengalami perubahan tingkah laku yang diharapkan. Praktik pendidikan dapat dilihat dari tiga aspek, yaitu aspek tujuan, aspek proses kegiatan dan aspek dorongan (motivasi). Seperti tercantum dalam GBHN tahun 1973 mengemukakan bahwa "Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu usaha yang disadari untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan manusia, yang dilaksanakan di dalam maupun di luar sekolah, dan berlangsung seumur hidup".
Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi semua manusia karena manusia lahir dalam keadaan yang tidak mempunyai apa-apa dan tidak tahu apapun, dengan pendidikanlah manusia dapat memilih kemampuan pengetahuan dan juga kepribadian yang selalu berkembang. Henderson (Uyoh dan Bambang, 2007 : 4) mengemukakan bahwa "pendidikan merupakan suatu proses pertumbuhan dan perkembangan sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisik, yang berlansung sepanjang hayat sejak manusia lahir. " dari uraian diatas bahwa pendidikan sangat penting bagi setiap manusia karena dengan pendidikan manusia dapat meningkatkan mutu kehidupan, dapat meningkatkan harkat, derajat manusia itu sendiri di dalam lingkungan masyarakat.
Di dalam Undang-Undan Republik Indonesia No 20 Tahun2003 tentang SistemPendidikanNasional dikatakan bahwa :
" Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik aktif mengembangkan potensi dirirnya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. "
Pendidikan merupakan proses penerapan ilmu pengatahuan kepada siswa, dan dalam proses pendidikan tersebut diperlukan adanya suatu strategi pembelajaran, penggunaan metode, media dan mosel pembelajaran yang tepat sehingga dapat menciptakan suatu suasana belajar yang nyaman dan dapaat membangkitkan semangat belajar pada siswa di semua bidang pelajaran terutama pada mata pelajaran IPA di Sekolah Dasar
"Pada dasarnya pendidikan IPA di Sekolah Dasar bertujuan agar siswa : mampu memahami konsep-konsep IPA di SD, memiliki keterampilan proses, memiliki minat untuk mempelajari alam sekitar, dapat bersikap ilmiah, mampu menerapkan konsep-konsep IPA untuk menjelaskan gejala-gejala alam dan dapaat memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, mencintai alam sekitar, serta menyadari kebesaran dan keagungan Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya" (Margaretha dan Dede, 2008 : 27).
Dari tujuan pengajaran IPA yang telah diuraikan diatas menunjukan bahwa betapa pentingnya penerapan ilmu pengetahuan alam yang sangat erat sekali hubungannya dengan kehidupan sehari-hari di masyarakat untuk memenuhi kebutuhan manusia. Terutama untuk anak usia SD karena dengan mempelajari IPA ini siswa dapat menyakini kebesaran Tuhan Yang Maha Esa atas adanya ciptaan-Nya, selain itu juga dengan belajar IPA siswa akan lebih menghargai alam, dan dapat melestarikanlingkungan di sekitarnya sehingga lingkungan alam itupun akan sangat berguna sekali bagi kehidupan manusia, oleh karena itu mata pelajaran IPA sangat penting di terapkan sejak dini atau usia SD.
IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan mempunyai hubungan yang sangat luas terkait dengan kehidupan manusia. Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan jugaa perkembangan Teknologi, karena IPA memiliki upaya untuk membangkitkan minat manusia serta kemampuan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pemahaman tentang alam semesta yang mempinyai banyak fakta yang belum terungkap dan masih bersifat rahasia sehingga hasil penemuannya dapat dikembangkan menjadi ilmu pengetahuan alam yang baru dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu dalam kondisi ketergantungan hidup manusia akan ilmu dan teknologi yang sangat tinggi, maka pembelajaran IPA di SD harus dijadikan sebagai mata pelajaran dasar dan diarahkan untuk menghasilkan Warga Negara yang melek IPA.
Menurut Erikon, anak adalah makhluk yang aktif dan penjelajah yang adaptif, yang selalu berupaya untuk mengontrol lingkungannya, dan anak bukanlah makhluk yang pasif yang mau begitu saja dibentuk oleh kedua orang tuanya. (Fawzia Aswin Hadis, 1996 : 34).
Dalam pembelajaran IPA di kelas yang penulis teliti, pembelajaran masih didominasi oleh penggunaan metode ceramah dan kegiatannya lebih berpusat pada guru. Tidak dilengkapi dengan alat peraga, metode yang digunakan oleh guru tidak berpareasi, dan guru tidak berorientasi pada hasil belajar siswa tetapi pada target penyelesaian. Aktivitas siswa dapat dikatakan hanya mendengarkan penjelasan guru dan mencatat hal-hal yang dianggap penting. guru menjelaskan IPA hanya sebatas produk dan sedikit proses. Padahal, dalam membahas IPA tidak cukup hanya menekankan pada produk, tetapi yang lebih penting adalah proses untuk membuktikan atau mendapatkan suatu teori atau hukum. Pada pembelajaran IPA dengan tema cuaca, siswa hanya mengetahui konsep tanpa mengetahui apa, mengapa, dan bagaimana konsep itu ada hubungannya dengan kehidupan sehari-hari. Akibatnya siswa menjadi kurang memahami pembelajaran yang diberikan sehingga akhirnya hasil belajarnyapun tidak memuaskan. Berdasarkan hal tersebut pembelajaran yang berhasil ditunjukkan oleh dikuasainya materi pelajaran oleh siswa sehingga berdampak terhadap hasil belajar yang baik.
Tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran biasanya dinyatakan dengan nilai. Pada semester pertama, hasil ulangan IPA tengah semester menunjukkan rendahnya tingkat peguasaan siswa terhadap materi pelajaran. Selama pembelajaran berlangsung, jarang siswa mengajukan pertanyaan atau memberikan tanggapan terhadap penjelasan guru. Dari hasil diskusi dengan rekan-rekan terungkap beberapa masalah yang terjadi dalam pembelajaran yaitu :
1. rendahnya tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran.
2. Siswa tidak dapat menjawab pertanyaan guru.
3. Sikap siswa terhadap mata pelajaran IPA sangat membosankan.
Melihat hasil diskusi dengan rekan peneliti bahwa masalah siswa yang ditemui adalah siswa sering lupa konsep yang telah dipelajari sebelumnya, siswa kurang percaya diri sehingga dapat mengakibatkan siswa sulit dalam mengemukakan pendapat atau sulit untuk mengajukkan pertanyaan pada guru, selain itu kurang bermaknanya di dalam proses belajar mengajar karena kurang memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi langsung pada benda-benda yang konkrit maupun menggunakan model atau media belajar yang menarik, sehingga hasil belajar kurang memuaskan.
Sesuai dengan tahap perkembangan siswa, cara siswa belajar, dan konsep pembelajaran, maka proses pembelajaran yang cocok bagi siswa sebaiknya dapatdilakukan dengan menggunakan pendekatan konstruktivis. Melalui pembelajaran kontruktivis, guru membimbing para siswa untuk meluapkan gagasan tentang materi yang dipelajari dan diselidiki pada proses eksplorasi melalui tema yang telah disepakati antara guru dan siswa. Pelaksanaan dalam pembelajaran ini memberikan kesempatan belajar dan bekerja pada anak secara kooperatif dalam kelompok serta memiliki suatu kebebasan.
Menurut (Margaretha dan Dede, 2008 : 27) "Model belajar konstruktivisadalah model pembelajaran yang menekankan pada pengetahuan awal sebagai tolak ukur dala belajar. Prinsip yang paling umum dan paling esensial dari konstruktivis adalah siswa memperoleh banyak pengetahuan dari luar sekolah bukan dari bangku sekolah".
Model konstruktivis ini lebih menekankan pada penerapan konsep (learning By Doing), maksudnya adalah siswa belajar sesuatu melalui kegiatan manual. Dengan demikian model konstmktivis ini lebih menekankan pada bagaimana siswa belajar melalui interaksi sosial, dan pada model ini anak menemukan konsep melalui penyelidikan, pengumpulan data, penginterprestasian data melalui suatu kegiatan yang dirancang oleh guru. Dan dalam model pembelajaran konstruktivis ini siswa dapat mencari pengetahuan sendiri melalui suatu kegiatan pembelajaran seperti pengamatan, percobaan, diskusi, tanya jawab, membaca buku, bahkan surfing di internet.
Guru harus dapat mengembangkannya dengan menguasai pendekatan, metoda dan model pembelajaran yang sesuai. Agar dapat mendukung siswa dalam mengemukakan ide-ide, menumbuhkan rasa percaya diri Pendidikan Kecakapan Hidup (life skills) lebih luas dari sekedar keterampilan manual.
Dengan melihat kenyataan paparan di atas maka peneliti memperbaiki pembelajaran IPA di kelas III SD dengan pendekatan kontruktivis pada pembelajaran cuaca dengan memadukan mata pelajaran IPA, Bahasa Indonesia, dan SBK. Oleh karena itu, penulis mengajukan penelitian yang berjudul : "Penerapan Pendekatan Konstruktivisme Pada Pembelajaran IPA Di Kelas III Sekolah Dasar Negri X Kecamatan X Kabupaten X" sehingga akan menghasilkan kegiatan proses belajar mengajar akan terasa menyenangkan dan bermakna.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan diteliti secara umum adalah hasil pembelajaran menggunakan pendekatan konstruktivisme.
Permasalahan tersebut di jabarkan ke dalam rumusan yang lebih khusus, yaitu :
1. Bagaimana penerapan pendekatan konstruktivisme pada tema Cuaca di kelas III SD?
2. Bagaimana hasil belajar siswa pada tema Cuaca dengan menggunakan pendekatan konstruktivis di kelas III SD?
3. Bagaimana hambatan pada pelaksanaan penerapan pendekatan konstruktivisme di kelas III SD?
C. Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan mengetahui keberhasilan siswa dalam pembelajaran IPA dengan tema cuaca dengan menggunakan penddekatan konstruktivisme, secara khusus penelitian ini bertujuan untuk :
1. Memahami cara penerapan pendekatan konstruktivisme pada tema Cuaca di kelas III SD.
2. Memperoleh gambaran hasil belajar siswa yang maksimal pada pelajaran IPA.
3. Memperoleh gambaran hambatan pembelajaran IPA dengan tema Cuaca pada pelaksanaan peneapan pendekatan konstruktivisme.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian pembelajaran IPA tentang penggunaan pendekatan konstruktivisme pada tema cuaca pada iswa kelas III Sekolah Dasar Negri X Kecamatan X Kabupaten X diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak diantaranya sebagai berikut :
1. Bagi siswa
Penelitian ini dapat meningkatkan minat serta pemahaman dalam pembelajaran IPA tentang pengunaan pendekatan konstruktivisme sehingga dapat meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan serta kualitas siswa dalam pembelajaran sain.
2. Bagi guru
Memberikan dasar ilmiah bagi guru sekolah guna mengembangkan dan melakanakan pembeljaran berorientasi pada siswa aktif dan kreatif.
3. Bagi Lembaga
Sumbangan pemikiran dalam meningkatkan mutu serta kualitas pendidikan yang lebih profesional.
E. Definisi Operasional
Definisi operasional diperlukan untuk menghindari kesalahan persepsi terhadap masalah yang diteliti maka :
1. Hasil belajar adalah tujuan standar kopetensi dan kopetensi dasar tercapai. Untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan di atas guru perlu mengadakan tes formatif setiap selesai menyajikan satu bahasan kepada siswa. Penilaian formatif ini untuk mengetahui sejauh mana siswa telah menguasai tujuan standar kopetensi dan kopetensi dasar yang ingin dicapai. Suatu proses belajar mengajar dinyatakan berhasil apabila hasilnya memenuhi tujuan instruksional khusus.
2. Anak Didik adalah orang yang dengan sengaja datang ke sekolah. Dan dapat diyakini bahwa anak didik adalah unsur manusiawi yang mempengaruhi kegiatan belajar mengajar.
3. Konstruktivisme adalah merupakan suatu model pembelajaran yang menentukan siswa aktif untuk mengkonstruk sendiri pengetahuan melalui pengetahuan keterampilan atau pengalaman yang telah ada dalam diri siswa. Konstruktivisme adalah sebuah teori yang memberikan kebebasan terhadap manusia yang ingin belajar atau mencari kebutuhannya dengan kemampuan untuk menemukan keinginan atau kebutuhannya tersebut denga bantuan fasilitasi orang lain
F. Hipotesis Tindakan
Terdapat peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa pada pelajaran IPA di kelas III pada tema pengaruh cuaca menggunakan pendekatan konstruktivisme.
G. Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas. Guna menghasilkan rencana pembelajaran serta memperoleh data aktivitas belajar serta hasil belajar siswa tentang cuaca melalui pendekatan konstruktivisme.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setelah mengajar di SDN X penulis memperoleh beberapa masalah dan temuan yaitu potensi dan motivasi siswa belum muncul, motivasi pembelajaran siswa terhadap suatu pembelajaran kurang bahkan tidak muncul, sehingga pada proses pembelajaran siswa hanya diam tanpa ada keinginan untuk melibatkan diri dalam proses belajar mengajar. Pembelajaran seperti ini jelas menjadi kurang bermakna sehingga anak setelah keluar kelas, mereka akan cepat lupa dengan apa yang telah dipelajarinya di kelas tadi. Hasil belajar siswa pun rendah tidak adanya alat peraga yang dapat membuat siswa tidak tertarik untuk mengikuti pelajaran dengan semangat.
Menurut Redja M. (Depdikbud : IKIP X, 1991), pendidikan adalah seperangkat kegiatan bersama yang bertujuan membantu pihak lain agar mengalami perubahan tingkah laku yang diharapkan. Praktik pendidikan dapat dilihat dari tiga aspek, yaitu aspek tujuan, aspek proses kegiatan dan aspek dorongan (motivasi). Seperti tercantum dalam GBHN tahun 1973 mengemukakan bahwa "Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu usaha yang disadari untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan manusia, yang dilaksanakan di dalam maupun di luar sekolah, dan berlangsung seumur hidup".
Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi semua manusia karena manusia lahir dalam keadaan yang tidak mempunyai apa-apa dan tidak tahu apapun, dengan pendidikanlah manusia dapat memilih kemampuan pengetahuan dan juga kepribadian yang selalu berkembang. Henderson (Uyoh dan Bambang, 2007 : 4) mengemukakan bahwa "pendidikan merupakan suatu proses pertumbuhan dan perkembangan sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisik, yang berlansung sepanjang hayat sejak manusia lahir. " dari uraian diatas bahwa pendidikan sangat penting bagi setiap manusia karena dengan pendidikan manusia dapat meningkatkan mutu kehidupan, dapat meningkatkan harkat, derajat manusia itu sendiri di dalam lingkungan masyarakat.
Di dalam Undang-Undan Republik Indonesia No 20 Tahun2003 tentang SistemPendidikanNasional dikatakan bahwa :
" Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik aktif mengembangkan potensi dirirnya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. "
Pendidikan merupakan proses penerapan ilmu pengatahuan kepada siswa, dan dalam proses pendidikan tersebut diperlukan adanya suatu strategi pembelajaran, penggunaan metode, media dan mosel pembelajaran yang tepat sehingga dapat menciptakan suatu suasana belajar yang nyaman dan dapaat membangkitkan semangat belajar pada siswa di semua bidang pelajaran terutama pada mata pelajaran IPA di Sekolah Dasar
"Pada dasarnya pendidikan IPA di Sekolah Dasar bertujuan agar siswa : mampu memahami konsep-konsep IPA di SD, memiliki keterampilan proses, memiliki minat untuk mempelajari alam sekitar, dapat bersikap ilmiah, mampu menerapkan konsep-konsep IPA untuk menjelaskan gejala-gejala alam dan dapaat memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, mencintai alam sekitar, serta menyadari kebesaran dan keagungan Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya" (Margaretha dan Dede, 2008 : 27).
Dari tujuan pengajaran IPA yang telah diuraikan diatas menunjukan bahwa betapa pentingnya penerapan ilmu pengetahuan alam yang sangat erat sekali hubungannya dengan kehidupan sehari-hari di masyarakat untuk memenuhi kebutuhan manusia. Terutama untuk anak usia SD karena dengan mempelajari IPA ini siswa dapat menyakini kebesaran Tuhan Yang Maha Esa atas adanya ciptaan-Nya, selain itu juga dengan belajar IPA siswa akan lebih menghargai alam, dan dapat melestarikanlingkungan di sekitarnya sehingga lingkungan alam itupun akan sangat berguna sekali bagi kehidupan manusia, oleh karena itu mata pelajaran IPA sangat penting di terapkan sejak dini atau usia SD.
IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan mempunyai hubungan yang sangat luas terkait dengan kehidupan manusia. Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan jugaa perkembangan Teknologi, karena IPA memiliki upaya untuk membangkitkan minat manusia serta kemampuan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pemahaman tentang alam semesta yang mempinyai banyak fakta yang belum terungkap dan masih bersifat rahasia sehingga hasil penemuannya dapat dikembangkan menjadi ilmu pengetahuan alam yang baru dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu dalam kondisi ketergantungan hidup manusia akan ilmu dan teknologi yang sangat tinggi, maka pembelajaran IPA di SD harus dijadikan sebagai mata pelajaran dasar dan diarahkan untuk menghasilkan Warga Negara yang melek IPA.
Menurut Erikon, anak adalah makhluk yang aktif dan penjelajah yang adaptif, yang selalu berupaya untuk mengontrol lingkungannya, dan anak bukanlah makhluk yang pasif yang mau begitu saja dibentuk oleh kedua orang tuanya. (Fawzia Aswin Hadis, 1996 : 34).
Dalam pembelajaran IPA di kelas yang penulis teliti, pembelajaran masih didominasi oleh penggunaan metode ceramah dan kegiatannya lebih berpusat pada guru. Tidak dilengkapi dengan alat peraga, metode yang digunakan oleh guru tidak berpareasi, dan guru tidak berorientasi pada hasil belajar siswa tetapi pada target penyelesaian. Aktivitas siswa dapat dikatakan hanya mendengarkan penjelasan guru dan mencatat hal-hal yang dianggap penting. guru menjelaskan IPA hanya sebatas produk dan sedikit proses. Padahal, dalam membahas IPA tidak cukup hanya menekankan pada produk, tetapi yang lebih penting adalah proses untuk membuktikan atau mendapatkan suatu teori atau hukum. Pada pembelajaran IPA dengan tema cuaca, siswa hanya mengetahui konsep tanpa mengetahui apa, mengapa, dan bagaimana konsep itu ada hubungannya dengan kehidupan sehari-hari. Akibatnya siswa menjadi kurang memahami pembelajaran yang diberikan sehingga akhirnya hasil belajarnyapun tidak memuaskan. Berdasarkan hal tersebut pembelajaran yang berhasil ditunjukkan oleh dikuasainya materi pelajaran oleh siswa sehingga berdampak terhadap hasil belajar yang baik.
Tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran biasanya dinyatakan dengan nilai. Pada semester pertama, hasil ulangan IPA tengah semester menunjukkan rendahnya tingkat peguasaan siswa terhadap materi pelajaran. Selama pembelajaran berlangsung, jarang siswa mengajukan pertanyaan atau memberikan tanggapan terhadap penjelasan guru. Dari hasil diskusi dengan rekan-rekan terungkap beberapa masalah yang terjadi dalam pembelajaran yaitu :
1. rendahnya tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran.
2. Siswa tidak dapat menjawab pertanyaan guru.
3. Sikap siswa terhadap mata pelajaran IPA sangat membosankan.
Melihat hasil diskusi dengan rekan peneliti bahwa masalah siswa yang ditemui adalah siswa sering lupa konsep yang telah dipelajari sebelumnya, siswa kurang percaya diri sehingga dapat mengakibatkan siswa sulit dalam mengemukakan pendapat atau sulit untuk mengajukkan pertanyaan pada guru, selain itu kurang bermaknanya di dalam proses belajar mengajar karena kurang memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi langsung pada benda-benda yang konkrit maupun menggunakan model atau media belajar yang menarik, sehingga hasil belajar kurang memuaskan.
Sesuai dengan tahap perkembangan siswa, cara siswa belajar, dan konsep pembelajaran, maka proses pembelajaran yang cocok bagi siswa sebaiknya dapatdilakukan dengan menggunakan pendekatan konstruktivis. Melalui pembelajaran kontruktivis, guru membimbing para siswa untuk meluapkan gagasan tentang materi yang dipelajari dan diselidiki pada proses eksplorasi melalui tema yang telah disepakati antara guru dan siswa. Pelaksanaan dalam pembelajaran ini memberikan kesempatan belajar dan bekerja pada anak secara kooperatif dalam kelompok serta memiliki suatu kebebasan.
Menurut (Margaretha dan Dede, 2008 : 27) "Model belajar konstruktivisadalah model pembelajaran yang menekankan pada pengetahuan awal sebagai tolak ukur dala belajar. Prinsip yang paling umum dan paling esensial dari konstruktivis adalah siswa memperoleh banyak pengetahuan dari luar sekolah bukan dari bangku sekolah".
Model konstruktivis ini lebih menekankan pada penerapan konsep (learning By Doing), maksudnya adalah siswa belajar sesuatu melalui kegiatan manual. Dengan demikian model konstmktivis ini lebih menekankan pada bagaimana siswa belajar melalui interaksi sosial, dan pada model ini anak menemukan konsep melalui penyelidikan, pengumpulan data, penginterprestasian data melalui suatu kegiatan yang dirancang oleh guru. Dan dalam model pembelajaran konstruktivis ini siswa dapat mencari pengetahuan sendiri melalui suatu kegiatan pembelajaran seperti pengamatan, percobaan, diskusi, tanya jawab, membaca buku, bahkan surfing di internet.
Guru harus dapat mengembangkannya dengan menguasai pendekatan, metoda dan model pembelajaran yang sesuai. Agar dapat mendukung siswa dalam mengemukakan ide-ide, menumbuhkan rasa percaya diri Pendidikan Kecakapan Hidup (life skills) lebih luas dari sekedar keterampilan manual.
Dengan melihat kenyataan paparan di atas maka peneliti memperbaiki pembelajaran IPA di kelas III SD dengan pendekatan kontruktivis pada pembelajaran cuaca dengan memadukan mata pelajaran IPA, Bahasa Indonesia, dan SBK. Oleh karena itu, penulis mengajukan penelitian yang berjudul : "Penerapan Pendekatan Konstruktivisme Pada Pembelajaran IPA Di Kelas III Sekolah Dasar Negri X Kecamatan X Kabupaten X" sehingga akan menghasilkan kegiatan proses belajar mengajar akan terasa menyenangkan dan bermakna.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan diteliti secara umum adalah hasil pembelajaran menggunakan pendekatan konstruktivisme.
Permasalahan tersebut di jabarkan ke dalam rumusan yang lebih khusus, yaitu :
1. Bagaimana penerapan pendekatan konstruktivisme pada tema Cuaca di kelas III SD?
2. Bagaimana hasil belajar siswa pada tema Cuaca dengan menggunakan pendekatan konstruktivis di kelas III SD?
3. Bagaimana hambatan pada pelaksanaan penerapan pendekatan konstruktivisme di kelas III SD?
C. Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan mengetahui keberhasilan siswa dalam pembelajaran IPA dengan tema cuaca dengan menggunakan penddekatan konstruktivisme, secara khusus penelitian ini bertujuan untuk :
1. Memahami cara penerapan pendekatan konstruktivisme pada tema Cuaca di kelas III SD.
2. Memperoleh gambaran hasil belajar siswa yang maksimal pada pelajaran IPA.
3. Memperoleh gambaran hambatan pembelajaran IPA dengan tema Cuaca pada pelaksanaan peneapan pendekatan konstruktivisme.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian pembelajaran IPA tentang penggunaan pendekatan konstruktivisme pada tema cuaca pada iswa kelas III Sekolah Dasar Negri X Kecamatan X Kabupaten X diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak diantaranya sebagai berikut :
1. Bagi siswa
Penelitian ini dapat meningkatkan minat serta pemahaman dalam pembelajaran IPA tentang pengunaan pendekatan konstruktivisme sehingga dapat meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan serta kualitas siswa dalam pembelajaran sain.
2. Bagi guru
Memberikan dasar ilmiah bagi guru sekolah guna mengembangkan dan melakanakan pembeljaran berorientasi pada siswa aktif dan kreatif.
3. Bagi Lembaga
Sumbangan pemikiran dalam meningkatkan mutu serta kualitas pendidikan yang lebih profesional.
E. Definisi Operasional
Definisi operasional diperlukan untuk menghindari kesalahan persepsi terhadap masalah yang diteliti maka :
1. Hasil belajar adalah tujuan standar kopetensi dan kopetensi dasar tercapai. Untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan di atas guru perlu mengadakan tes formatif setiap selesai menyajikan satu bahasan kepada siswa. Penilaian formatif ini untuk mengetahui sejauh mana siswa telah menguasai tujuan standar kopetensi dan kopetensi dasar yang ingin dicapai. Suatu proses belajar mengajar dinyatakan berhasil apabila hasilnya memenuhi tujuan instruksional khusus.
2. Anak Didik adalah orang yang dengan sengaja datang ke sekolah. Dan dapat diyakini bahwa anak didik adalah unsur manusiawi yang mempengaruhi kegiatan belajar mengajar.
3. Konstruktivisme adalah merupakan suatu model pembelajaran yang menentukan siswa aktif untuk mengkonstruk sendiri pengetahuan melalui pengetahuan keterampilan atau pengalaman yang telah ada dalam diri siswa. Konstruktivisme adalah sebuah teori yang memberikan kebebasan terhadap manusia yang ingin belajar atau mencari kebutuhannya dengan kemampuan untuk menemukan keinginan atau kebutuhannya tersebut denga bantuan fasilitasi orang lain
F. Hipotesis Tindakan
Terdapat peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa pada pelajaran IPA di kelas III pada tema pengaruh cuaca menggunakan pendekatan konstruktivisme.
G. Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas. Guna menghasilkan rencana pembelajaran serta memperoleh data aktivitas belajar serta hasil belajar siswa tentang cuaca melalui pendekatan konstruktivisme.
0 komentar: