Manajemen persediaan merupakan suatu cara mengendalikan persediaan agar dapat melakukan pemesanan yang tepat yaitu dengan biaya yang optimal. Oleh karena itu konsep mengelola sangat penting diterapkan agar tujuan efektivitas dan efisiensi tercapai.
Manajemen persediaan yang baik merupakan salah satu faktor keberhasilan suatu perusahaan untuk melayani kebutuhan konsumen dalam menghasilkan suatu produk layanan yang berkualitas dan tepat waktu. Permasalahan tidak tepatnya waktu kedatangan barang yang telah dijadwalkan dapat membuat suatu kepanikan apabila stok persediaan habis, sebaliknya kelebihan persediaan menimbulkan biaya tambahan seperti biaya keamanan, biaya gudang, risiko penyusutan yang kerap kali kurang diperhatikan pihak manajemen.
http://bahankuliahkesehatan.blogspot.com/
Model-model persediaan yang sering digunakan adalah sebagai berikut :
1. Untuk Permintaan Independen yaitu permintaan untuk suatu produk yang akan dibeli tidak tergantung pada rencana pembelian produk lain, misalnya permintaan untuk membeli kulkas tidak tergantung pada permintaan untuk oven pemanggang roti. Untuk permintaan independen terdiri dari :
a. EOQ (Economic Order Quantity)
Model ini merupakan salah satu teknik pengendalian persediaan paling tua dan paling terkenal. Mudah digunakan akan tetapi didasarkan pada beberapa asumsi :
(1) Permintaan diketahui dan bersifat konstan
(2) Lead Time yaitu waktu antara pemesanan dan penerimaan, diketahui dan konstan
(3) Permintaan diterima dengan segera
(4) Tidak ada discount
(5) Biaya yang terjadi hanya biaya set up atas pemesanan diketahui dan bersifat konstan
(6) Tidak terjadi kehabisan stok
|
Q = Jumlah optimal barang per pesanan
D = Permintaan tahunan barang persediaan dalam unit
S = Biaya pemesanan setiap pesan
H = Biaya penyimpanan per unit per tahun
b. POQ (Production Order Quantity)
Asumsi-asumsi dalam EOQ digunakan kecuali asumsi ketiga, dimana pada POQ persediaan tidak diterima pada satu waktu saja, namun diterima sepanjang periode. Notasi yang digunakan sama dengan yang digunakan pada model EOQ tetapi ditambah dengan
p = tingkat produksi tahunan
t = lama jalannya produksi, dalam satuan hari
c. Quantity Discount Model
Asumsi EOQ digunakan kecuali asumsi keempat, dimana di dalam model quantity discount, untuk meningkatkan penjualan biasanya diskon diberikan.
2. Untuk Permintaan Dependen
Teknik dependen, merupakan model yang lebih realistis dibandingkan dengan model permintaan independen. Teknik ini tidak hanya digunakan di perusahaan manufaktur, namun juga pada perusahaan restoran, rumah sakit dan lain-lain. Teknik yang digunakan disebut MRP (Material Requirements Planning) atau perencanaan kebutuhan bahan baku. Salah satu kekuatan MRP adalah kemampuannya menentukan secara tepat kelayakan sebuah jadual dengan hambatan-hambatan yang ada.
3. Just In Time (JIT)
Merupakan pendekatan untuk meminimalkan total biaya penyimpanan dan persiapan yang berbeda dari pendekatan tradisional. Pendekatan tradisional mengakui biaya penyiapan dan kemudian menentukan kuantitas pesanan yang merupakan saldo terbaik dari dua kategori biaya. Di lain pihak, JIT tidak mengakui biaya persiapan , tapi sebaliknya JIT mencoba menekan biaya-biaya ini sampai nol. Jika biaya penyiapan tidak menjadi signifikan, maka biaya tersisa yang akan diminimalkan adalah biaya penyimpanan, yang dilakukan dengan mengurangi persediaan sampai ke tingkat yang sangat rendah. Pendekatan inilah yang mendorong untuk persediaan nol dalam sistem JIT.
4. Safety Stock
Safety Stock (Persediaan Pengaman) adalah persediaan tambahan yang diadakan untuk melindungi atau menjaga kemungkinan terjadinya kekurangan persediaan (stock out).
Untuk mengatasi kekurangan persediaan yang diakibatkan oleh keterlambatan kedatangan barang atau kenaikan dalam pemakaian barang, atau kedua-duanya, diperlukan sejumlah persediaan pengaman. Dengan adanya persediaan pengaman tersebut diharapkan tidak akan terjadi kehabisan persediaan.
Keadaan ini dapat dilukiskan seperti gambar berikut :
Untuk menaksir besarnya safety stock , dapat dipakai cara yang relatif lebih teliti yaitu dengan metode sebagai berikut :
a. Metode Perbedaan Pemakaian Maksimum dan Rata-rata
Metode ini dilakukan dengan menghitung selisih antara pemakaian maksimum dengan pemakaian rata-rata dalam jangka waktu tertentu (misalnya perbulan), kemudian selisih tersebut dikalikan dengan lead time. Lead Time adalah waktu yang dibutuhkan antara obat dipesan hingga sampai di RS. Safety Stock dapat dihitung berdasarkan rumus berikut :
|
b. Metode statistika.
Untuk menentukan besarnya safety stock dengan metode ini, maka dapat digunakan program komputer kuadrat terkecil (least square).
5. Konsep Persediaan Minimum-Maksimum (Min-Maks)
Konsep Min-Maks ini dikembangkan berdasarkan suatu pemikiran sederhana bahwa untuk menjaga kelangsungan beroperasinya suatu pabrik atau fasilitas lain, beberapa jenis barang tertentu dalam jumlah minimum sebaiknya tersedia di persediaan, supaya sewaktu-waktu ada yang rusak, dapat langsung diganti. Tetapi barang yang disimpan dalam persediaan tadi juga jangan terlalu banyak, ada maksimumnya, supaya biayanya tidak menjadi terlalu mahal.
Secara ideal, seharusnya persediaan minimum adalah nol dan persediaan maksimum adalah sebanyak yang secara ekonomis mencapai optimal, yaitu sesuai dengan perhitungan EOQ. Jadi, dapat dibayangkan bahwa persis pada waktu barang habis, pemesanan barang yang paling ekonomis datang. Tapi ini perhitungan teori, artinya dalam kenyataannya tidak dapat dijamin bahwa perencanaan dapat secara sempurna terpenuhi. Ada kemungkinan pemakaian barang yang dipesan datang terlambat atau ada kemungkinan pemakaian barang berubah dan meningkat secara mendadak.
|
Q = jumlah yang perlu dipesan untuk pengisian persediaan kembali
Min = persediaan minimum yaitu jumlah pemakaian selama waktu pemesanan atau pembelian yang dihitung dari perkalian antara waktu pemesanan dan pemakaian rata-rata ditambah dengan persediaan pengaman
= (K x W) + S
Maks = Persediaan maksimum, yaitu jumlah maksimum yang diperbolehkan disimpan dalam persediaan, yang dihitung dari jumlah pemakaian selama 2 x waktu pemesanan, yaitu perkalian antara 2 x waktu pemesanan dan pemakaian rata-rata selama satu satuan waktu.
= 2 (K x W)
Keterangan : K = pemakaian barang rata-rata persatuan waktu
W = waktu pemesanan dalam satuan waktu
S = jumlah persediaan pengaman
6. Reorder Point
Reorder Point (ROP) merupakan waktu pemesanan kembali obat yang akan dibutuhkan. Reorder point masing-masing item obat penting diketahui supaya ketersediaan obat terjamin, sehingga pemesanan obat dilakukan pada saat yang tepat yaitu saat stok obat tidak berlebih dan tidak kosong. Perhitungan reorder point ini ditentukan oleh lamanya lead time, pemakaian rata-rata obat dan safety stock.
ROP model terjadi apabila jumlah persediaan yang terdapat di dalam stok berkurang terus, sehingga kita harus menentukan berapa banyak batas minimal tingkat persediaan yang harus dipertimbangkan untuk memesan kembali sehingga tidak terjadi kekurangan persediaan. Jumlah yang diharapkan tersebut dihitung selama masa tenggang, mungkin dapat juga ditambahkan dengan safety stock yang biasanya mengacu kepada probabilitas atau kemungkinan terjadinya kekurangan stok selama masa tenggang.
Berikut ini adalah gambaran Reorder Point dan Lead Time
Faktor-faktor yang mempengaruhi ROP adalah : Lead Time, Pemakaian rata-rata dan persediaan pengaman. Dapat dihitung dengan rumus :
|
LT = Lead Time
AU = Average Usage = Pemakaian rata-rata
SS = Safety Stock
Kadang kala tingkat pemesanan kembali lebih besar daripada persediaan maksimum, hal ini disebabkan karena lead time yang terlalu lama atau tidak diketahuinya dengan pasti tingkat permintaan dan lead time.
Referensi :
1. Quick,J. The Selection, P, Distribution and use of pharmaceuticals. In Managing Drug Supply. Second Edition. Kumarian Press Book on International Development. 1997
2. Dwiningsih, N. Manajemen Persediaan. Diambil dari
3. http://www.stekpi.ac.id/skin/download10/bab.9MO.pdf. tanggal 17 juli 2007
4. Erlina. Manajemen Persediaan. Fakultas Ekonomi Program Studi Akuntansi Universitas Sumatera Utara. 2002. Diambil dari www.library.usu.ac.id/modules.php?op. Tanggal 2 September 2007
5. Waluyo, P. Manajemen Persediaan dan Just In Time. STIE. STIKUBANK. Diambil dari http://www.stie.stikubank.ac.id/materi/purwanto%20waluyo%20SE%20 M.Si/. Tanggal 17 Juli 2007
6. Zulfikarijah, F. Manajemen Persediaan. Universitas Muhammadiyah Malang. 2005
7. Rangkuti, F. Manajemen Persediaan Aplikasi Di Bidang Bisnis. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 2000
8. Indrajit, R. E. Djokopranoto, R. Manajemen Persediaan. Gramedia. Jakarta. 2005
9. Piasecki, D. Optimizing Safety Stock. Safety Stock Calculation. Diambil dari http://www.inventoryops.com/safety_stock.html. Tanggal 1 September 2007
0 komentar: